Puasa: Manfaat Dan Risiko Kesehatan

Puasa umumnya dikaitkan dengan bulan Ramadhan. Ketika Anda membaca ini, miliaran Muslim di seluruh dunia terlibat dalam deklarasi doktrin ini yang melibatkan menjauhkan diri dari kuliner dan minuman dari fajar sampai senja. Sementara berpuasa untuk Ramadhan turun ke keyakinan spiritual, banyak dari kita menentukan untuk berpuasa dengan keyakinan bahwa itu bermanfaat bagi kesehatan kita. Tetapi apakah itu?

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak penelitian memperlihatkan bahwa puasa intermiten - tidak mencukupi atau mengurangi asupan kuliner dan minuman secara bersiklus - sanggup baik bagi kita, menjadikannya salah satu tren diet paling terkenal di seluruh dunia.

Salah satu diet puasa intermiten paling terkenal yakni 5: 2 Fast Diet - sebuah rencana yang melibatkan makan asupan kalori yang direkomendasikan selama 5 hari seminggu tetapi mengurangi asupan kalori sampai 25% untuk sisa 2 hari - sampai 500 kalori sehari untuk perempuan dan 600 sehari untuk pria.

Menurut Dr. Michael Mosley - penulis buku The Fast Diet - rencana makan ini tidak hanya membantu orang menurunkan berat badan, tetapi juga menyampaikan banyak sekali manfaat kesehatan lainnya.

"Studi perihal puasa intermiten memperlihatkan bahwa tidak hanya orang melihat peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol mereka , tetapi juga dalam sensitivitas insulin mereka ," tambahnya.

Pada Juni 2014, misalnya, Medical News Today melaporkan pada sebuah penelitian yang menyarankan puasa secara periodik - yang didefinisikan dalam penelitian ini sebagai 1 hari berpuasa hanya air seminggu - sanggup mengurangi risiko diabetes di antara orang-orang yang berisiko tinggi untuk kondisi tersebut.

Studi lain, yang dilakukan oleh Dr. Valter Longo dan rekan dari University of Southern California (USC) di Los Angeles, menemukan periode puasa yang lebih usang - 2-4 hari - bahkan mungkin "merestart" sistem kekebalan , membersihkan sel-sel kekebalan usang dan meregenerasi yang gres - suatu proses yang mereka katakan sanggup melindungi terhadap kerusakan sel yang disebabkan oleh faktor-faktor ibarat penuaan dan kemoterapi .

Tetapi apa prosedur yang mendasari manfaat kesehatan yang disarankan dari puasa?

Manfaat potensial dari puasa intermiten

Karena tubuh tidak sanggup memperoleh energi dari kuliner selama berpuasa, ia akan menjadi glukosa yang disimpan di hati dan otot. Ini dimulai sekitar 8 jam sesudah makan terakhir dikonsumsi.

Ketika glukosa yang tersimpan telah habis, tubuh kemudian mulai memperabukan lemak sebagai sumber energi, yang sanggup menimbulkan penurunan berat badan.

Selain membantu menurunkan berat badan, Dr. Razeen Mahroof, dari University of Oxford di Inggris, menjelaskan bahwa penggunaan lemak untuk energi sanggup membantu mempertahankan otot dan mengurangi tingkat kolesterol.

"Proses detoksifikasi juga terjadi, lantaran racun yang disimpan dalam lemak tubuh dilarutkan dan dikeluarkan dari tubuh," tambahnya, mencatat bahwa sesudah beberapa hari berpuasa, kadar endorfin yang lebih tinggi - hormon "merasa-baik" - diproduksi dalam darah, yang sanggup mempunyai dampak kasatmata pada kesehatan mental.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, penelitian oleh Dr. Longo dan rekannya menyarankan puasa yang berlarut-larut mungkin juga efektif untuk regenerasi sel-sel kekebalan.

"Ketika Anda kelaparan, sistem mencoba untuk menghemat energi, dan salah satu hal yang sanggup dilakukan untuk menghemat energi yakni dengan mendaur ulang banyak sel kekebalan yang tidak diperlukan, terutama yang mungkin rusak," Dr. Longo menjelaskan.

Dalam penelitian mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Cell Stem Cell , tim menemukan bahwa siklus berulang 2-4 hari tanpa kuliner selama periode 6 bulan menghancurkan sel kekebalan usang dan rusak pada tikus dan menghasilkan yang baru.

Terlebih lagi, tim menemukan bahwa pasien kanker yang berpuasa selama 3 hari sebelum kemoterapi dilindungi terhadap kerusakan sistem kekebalan tubuh yang sanggup disebabkan oleh perawatan, yang mereka atribut untuk regenerasi sel kekebalan tubuh.

"Kabar baiknya yakni bahwa tubuh menyingkirkan bagian-bagian dari sistem yang mungkin rusak atau tua, bagian-bagian yang tidak efisien, selama puasa," kata Dr. Longo. "Sekarang, kalau Anda mulai dengan sistem yang rusak berat akhir kemoterapi atau penuaan, siklus puasa sanggup menghasilkan, secara harfiah, sistem kekebalan baru."

Dengan manfaat kesehatan potensial dari puasa yang dielu-elukan oleh para andal gizi di seluruh dunia, tidak mengherankan banyak dari kita yang meletakkan kecintaan kita pada kuliner di satu sisi untuk mencobanya.

Tapi puasa intermiten tidak semua lonceng dan peluit, berdasarkan beberapa peneliti dan profesional perawatan kesehatan, dan ada beberapa orang yang harus menghindari diet sama sekali.

Risiko kesehatan puasa

Menurut National Health Service (NHS) Inggris, ada banyak risiko kesehatan yang terkait dengan puasa intermiten.

Orang yang berpuasa umumnya mengalami kekurangan cairan tubuh , sebagian besar lantaran tubuh mereka tidak mendapatkan cairan dari makanan. Karena itu, dianjurkan bahwa selama bulan Ramadhan, umat Islam mengkonsumsi banyak air sebelum periode puasa. Orang lain yang mengikuti diet puasa harus memastikan mereka terhidrasi dengan baik selama periode puasa.

Jika Anda terbiasa sarapan, makan siang, makan malam, dan kudapan di sela-sela itu, periode puasa bisa menjadi tantangan besar. Dengan demikian, puasa sanggup meningkatkan tingkat stres dan mengganggu tidur. Dehidrasi, kelaparan atau kurang tidur selama periode puasa juga bisa menimbulkan sakit kepala .

Puasa juga bisa menimbulkan sakit maag; kekurangan kuliner menimbulkan penurunan asam lambung, yang mencerna kuliner dan menghancurkan bakteri. Tetapi mencium kuliner atau bahkan memikirkannya selama periode puasa sanggup memicu otak untuk memberitahu perut untuk menghasilkan lebih banyak asam, yang menimbulkan mulas .

Sementara banyak andal gizi mengklaim puasa intermiten yakni cara yang baik untuk menurunkan berat badan, beberapa andal kesehatan percaya diet semacam itu tidak efektif untuk penurunan berat tubuh jangka panjang.

"Daya tariknya yakni [puasa] cepat, tetapi cepat kehilangan cairan, bukan penurunan berat tubuh yang besar," kata Madelyn Fernstrom, PhD, dari Pusat Manajemen Penurunan Berat Badan Universitas Pittsburgh. "Jika itu mudah, itu akan kembali dengan cepat - segera sesudah kau mulai makan dengan normal lagi."

"Pengalaman saya yakni bahwa cara makan [ini] tidak menghasilkan penurunan berat tubuh bahkan dalam jangka pendek," andal diet dan penulis Diet Simple Katherine Tallmadge menyampaikan kepada ABC News pada 2013.

Beberapa andal kesehatan percaya puasa intermiten sanggup menjauhkan orang dari rekomendasi makan sehat, ibarat makan lima porsi buah dan sayuran sehari. Banyak rasa takut puasa juga sanggup memicu gangguan makan atau pesta makan.

Dalam blog untuk The Huffington Post tahun lalu, andal kebugaran dan nutrisi JJ Virgin menulis:
"Mentalitas 'apa pun yang berlangsung' yang diizinkan oleh beberapa andal selama masa makan sanggup menimbulkan seseorang untuk makan berlebihan, membuat rasa bersalah, rasa malu, dan persoalan lain yang hanya menjadi lebih jelek dari waktu ke waktu. Untuk seseorang dengan gangguan makan emosional atau psikologis, puasa intermiten bisa menjadi nyaman kruk untuk memperkuat persoalan ini. "

Sementara Dr. Mosely menyampaikan tidak ada bukti yang memperlihatkan bahwa 5: 2 Fast Diet dikaitkan dengan gangguan makan, ia menekankan orang-orang yang mempunyai gangguan makan dihentikan terlibat dalam puasa intermiten.

Orang lain yang dihentikan mengikuti diet ini termasuk orang yang kekurangan berat badan, individu di bawah usia 18 tahun, perempuan hamil, orang dengan diabetes tipe 1 dan individu yang gres pulih dari operasi.

Bisakah kita memetik manfaat dari berpuasa tanpa berpuasa?

Sementara puasa intermiten mungkin mempunyai risiko kesehatan, andal gizi mengklaim itu bisa baik bagi kita kalau individu berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum mengadopsi diet tersebut dan mematuhinya dengan benar.

Tetapi mungkinkah ada cara untuk memetik manfaat kesehatan potensial dari berpuasa tanpa benar-benar harus berpuasa? Dr. Longo percaya demikian.

Awal pekan ini, Dr. Longo dan rekan dari USC menerbitkan sebuah studi dalam jurnal Cell Metabolism mengungkapkan bagaimana diet fasting-mimicking (FMD) memicu regenerasi sel kekebalan dan memperpanjang umur tikus .

Terlebih lagi, pada pengujian diet pada insan - yang mematuhinya hanya 5 hari sebulan selama 3 bulan - mereka menemukan itu mengurangi sejumlah faktor risiko yang terkait dengan penuaan, penyakit kardiovaskular (CVD), diabetes dan kanker.

FMD rendah protein, rendah lemak tidak sehat dan tinggi lemak sehat, berdasarkan para peneliti. Ini merangsang penanda yang terkait dengan puasa, ibarat kadar glukosa rendah dan tingkat tubuh keton yang tinggi, untuk menggandakan imbas dari puasa yang berkepanjangan.

Dr. Longo dan rekan menyampaikan diet mereka sanggup meningkatkan regenerasi sel kekebalan dan umur panjang yang terkait dengan puasa tanpa perlu pembatasan kuliner dan potensi imbas samping yang menyertainya.

"Meskipun hasil klinis akan memerlukan konfirmasi dengan uji coba acak yang lebih besar," mereka menambahkan, "efek siklus FMD pada biomarker / faktor risiko penuaan, kanker, diabetes, dan CVD, ditambah dengan kepatuhan yang sangat tinggi terhadap diet dan keamanan, memperlihatkan bahwa taktik diet periodik ini mempunyai potensi tinggi untuk menjadi efektif dalam mempromosikan kesehatan manusia. "

Tim berharap bahwa dokter suatu hari nanti akan mempunyai kemampuan untuk meresepkan diet ini kepada pasien. "Ini bisa dibilang non-kronis pertama yang secara klinis dan klinis terbukti anti-penuaan dan mempromosikan intervensi kesehatan terbukti bekerja dan menjadi sangat layak sebagai dokter atau intervensi yang diawasi dietitian," kata Dr Longo.

Mungkin beberapa dikala sebelum FMD mendapatkan persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) AS untuk penggunaan klinis. Pertama, tim perlu menerapkan diet melalui proses pengujian yang ketat.

Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik perihal manfaat yang sempurna dan risiko pose FMD, dan ini sepertinya menjadi kasus dengan diet puasa yang ada.Namun ada satu hal yang jelas; bicarakan dengan dokter Anda sebelum melaksanakan puasa.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel